KENTONGAN DAN BEDUG
Alat komunikasi merupakan alat yang sangat vital dalam kehidupan manusia sejak manusia hidup di dunia. Hal yang demikian disebabkan oleh karena tidak ada satu manusia pun yang tidak membutuhkan manusia lain. Dalam skala yang sangat sederhana, alat komunikasi antarmanusia mungkin bisa dilihat pada bahasa isyarat. Pada tataran selanjutnya mungkin pada bahasa lisan yang dikeluarkan melalui alat ucap (mulut).
Dalam perkembangannya alat komunikasi diwujudkan dalam berbagai bentuk. Ada telepon, surat, e-mail, handphone, interkom, HT, dan sebagainya. Dalam skala yang lebih sederhana kentongan merupakan alat komukasi yang efektif pada masanya. Pada masa-masa listrik belum masuk desa, kentongan menjadi alat komunikasi yang begitu diandalkan.
Melalui kentongan inilah sebuah komunitas, katakanlah desa bisa menjalin komunikasi dan jaringannya bisa menjangkau seluruh rumah bahkan seluruh orang yang tinggal di desa yang bersangkutan, asalkan orang-orang yang bersangkutan memahami sistem dan perangkat komunikasi ini.
Di Yogyakarta, Jawa, bahkan di luar Jawa kentongan atau alat bunyi-bunyian lain juga banyak digunakan sebagai perangkat atau alat komunikasi. Untuk Yogyakarta, alat komunikasi berupa kentongan yang dulunya dapat ditemukan di semua rumah warga mungkin masih bisa didapatkan, setidaknya di pos-pos gardu atau poskamling. Akan tetapi keberadaan alat ini nyaris tidak lagi digunakan (dibunyikan).
Pada masanya kentongan bisa digunakan sebagai penanda berita atau peristiwa akan kematian, kedatangan orang asing, datangnya musibah, adanya pencuri, tertangkapnya pencuri, dan lain-lain. Untuk menandai tentang berita kematian misalnya, tokoh desa (dukuh/jagabaya) cukup membunyikan kentongan besar (milik desa) dengan irama tertentu. Kentongan besar ini biasanya memiliki suara yang berbeda dengan suara kentongan yang dimiliki oleh warga pada umumnya karena kentongan milik warga biasanya berukuran kecil karena biasanya terbuat dari tonggak bambu atau satu ruas bambu.
Dengan kentongan besar yang umumnya terbuat dari satu potong gelondongan kayu atau tonggak pohon kelapa, maka bunyi kentongan yang dihasilkannya akan terdengar lebih besar (gandem) dan gemanya terasa jauh. Jika bunyi kentongan semacam ini terdengar, umumnya warga desa akan memasang pendengarannya baik-baik. Jika yang didengar adalah irama tertentu, itu artinya ada kematian. Jika yang terdengar adalah irama titir, yang biasanya berbunyi cepat tong-tong-tong-tong.... nyaris tanpa putus, itu artinya ada musibah datang (banjir, gempa, kebakaran, perampokan, dan lain-lain).
Dengan demikian, warga desa pun mesti paham dengan irama atau sistem komposisi bunyi dari kentongan yang ada di komunitasnya. Dengan hanya mendengar bunyi kentongan seperti itu warga desa akan segera tahu apa yang seharusnya mereka lakukan saat itu. Kini, kentongan mungkin tinggal menjadi hiasan atau pada 20 tahun ke depan ia akan menjadi barang antik. Kentongan telah tergantikan oleh HP, e-mail, telepon, dan sebagainya. Foto di atas menunjukkan bagaimana kentongan besa (milik desa) menjadi alat komunikasi yang sungguh penting di masa itu.
Asap
Orang-orang zaman dahulu memanfaatkan asap sebagai media komunikasi. Asap dikenal sangat populer digunakan sebagai media komunikasi suku bangsa indian di amerika. Alat komunikasi ini biasa digunakan untuk mengirimkan suatu pesan rahasia pada teman ataupun lawan dan lebih dikenal dengan sebutan 'isyarat asap'.
Seperti halnya kentongan (salah satu sarana komunikasi tradisional indonesia), berkomunikasi dengan menggunakan asap tidak memiliki kode yang standar (baku). Misalnya; Satu kepulan asap dapat berarti suatu peringatan. Dua kepulan asap dapat pula berarti adanya bahaya. Tiga kepulan asap dapat berarti adanya masalah ataupun meminta bantuan. Pernahkah agan melihat film yang menceritakan korban kecelakaan pesawat terbang yang terdampar di hutan? Pada film tersebut biasanya si korban berusaha meminta bantuan dengan cara memberitahukan keberadaan nya dengan menggunakan tanda asap. Alat komunikasi seperti ini lazim juga dikenal sebagai 'SINYAL ASAP'. Sinyal asap merupakan salah satu dari bentuk komunikasi tertua yang ada di dalam sejarah. Sinyal asap ini adalah komunikasi visual yang digunakan pada jarak yang jauh.
Pada awalnya penggunaan isyarat diciptakan pada jaman Yunani masa pemerintahan raja Darius I (522 –486 SM) ketika mengalami kesulitan dalam pengiriman pesan berita kepada propinsi-propinsi di bawah kekuasaannya yang tersebar dari sungai Indus hingga Danube. Isyarat yang digunakan adalah dengan menyuruh orang berdiri di ketinggian dan kemudian menyalakan api. Setiap asap yang ditimbulkan dari api tersebut akan menciptakan beberapa pesan yang akan diterima dan dimengerti oleh orang-orang yang dituju. Kecepatan sampainya pesan atau berita dari Sinyal asap ini kira-kira sama dengan kecepatan 30 kali lebih cepat dari pada menggunakan kurir yang berlari secara marathon yang pada masa itu memang lumrah digunakan bila ada pesan atau berita penting yang hendak dikirimkan. Angka yang terbilang sangat cepat pada masa itu .
Adapun pada zaman Cina kuno, para tentara yang memiliki tugas jaga ditempatkan di sepanjang Tembok Besar Cina untuk saling memperingatkan satu sama lain akan adanya serangan musuh dengan cara memberikan sinyal melalui menara satu ke menara lainnya. Niscaya mereka bisa mengirimkan pesan–pesan yang diinginkan sejauh 480 km atau 300 mil hanya dalam waktu beberapa jam saja .
Polybius, seorang sejarawan Yunani , datang dengan sistem Sinyal asap alfabet yang lebih kompleks sekitar tahun 150 SM. Dia menemukan system alphabet Yunani yang kemudian dikonversi menjadi karakter numerik. Sistem alphabet yang dikonversi menjadi karakter numerik ini dipergunakan untuk agar pesan lebih mudah disampaikan. Sistem ini dilakukan dengan cara memegang sepasang obor. Ide ini dikenal dengan nama “Polybius Square’ dan juga diperkenalkan dengan kriptografi dan steganografi. Konsep kriptografi pernah dipergunakan dengan hiragana jepang dan Jerman dalam Perang Dunia I .
Suku Indian dari Amerika Utara juga melakukan komunikasi dengan menggunakan Sinyal asap. Setiap suku mempunyai sistem sinyal beserta artinya masing-masing yang hanya bisa dimengerti dalam lingkup terbatas. Pengirim sinyal memulai dengan api unggun , biasanya api unggun tersebut dibuat dengan menggunakan rumput kering yang dibakar dan selanjutnya akan menyebabkan kumpulan-kumpulan asap yang bergerak naik ke atas. Rumput-rumput tersebut di ambil pada saat kondisinya kering dan ikatan-ikatan rumput lain yang juga kering akan dibakar kemudian ke dalam api agar api menyala terus menerus sesuai keinginan penggunanya. Lokasi asap dan bentuk kecondongan membumbungnya asap (posisi membentuk semacam kerucut) tersebut mempunyai arti tertentu. Jika pengirim pesan membentuk suatu kumpulan asap yang bentuknya makin mengecil dari arah bawah ke atas (ujung kerucut di atas), ini menandakan bahwa semuanya dalam keadaan baik-baik saja. Tapi apabila sang pengirim pesan membentuk asap yang makin mengecil dari arah atas ke bawah (ujung kerucut di bawah), maka hal itu berarti menandakan adanya bahaya yang mengintai.
Sinyal asap masih digunakan hingga saat ini untuk memenuhi berbagai kepentingan. Di Roma, asrama Kardinal (tempat para kardinal terpilih dari berbagai negara di seluruh dunia di-karantina hingga akhirnya terpilih menjadi Paus baru) menggunakan sinyal asap untuk mengindikasikan terpilihnya Paus baru. Kardinal-kardinal yang memenuhi syarat mengadakan surat suara rahasia sampai seseorang menerima suara minimal dua per tiga dari jumlah seluruh kardinal yang memiliki hak suara. Surat suara akan dibakar setiap pemilihan, pembakaran akan menghasilkan warna asap yang berbeda.
Pada awalnya penggunaan isyarat diciptakan pada jaman Yunani masa pemerintahan raja Darius I (522 –486 SM) ketika mengalami kesulitan dalam pengiriman pesan berita kepada propinsi-propinsi di bawah kekuasaannya yang tersebar dari sungai Indus hingga Danube. . Isyarat yang digunakan adalah dengan menyuruh orang berdiri di ketinggian dan kemudian menyalakan api . Setiap asap yang ditimbulkan dari api tersebut akan menciptakan beberapa pesan yang akan diterima dan dimengerti oleh orang- orang yang dituju . Kecepatan sampainya pesan atau berita dari Sinyal asap ini kira - kira sama dengan kecepatan 30 kali lebih cepat dari pada menggunakan kurir yang berlari secara marathon yang pada masa itu memang lumrah digunakan bila ada pesan atau berita penting yang hendak dikirimkan . Angka yang terbilang sangat cepat pada masa itu .
Adapun pada zaman Cina kuno, para tentara yang memiliki tugas jaga ditempatkan di sepanjang Tembok Besar Cina untuk saling memperingatkan satu sama lain akan adanya serangan musuh dengan cara memberikan sinyal melalui menara satu ke menara lainnya . Niscaya mereka bisa mengirimkan pesan – pesan yang diinginkan sejauh 480 km atau 300 mil hanya dalam waktu beberapa jam saja .
Polybius , seorang sejarawan Yunani , datang dengan sistem Sinyal asap alfabet yang lebih kompleks sekitar tahun 150 SM . Dia menemukan system alphabet Yunani yang kemudian dikonversi menjadi karakter numerik . Sistem alphabet yang dikonversi menjadi karakter numerik ini dipergunakan untuk agar pesan lebih mudah disampaikan . Sistem ini dilakukan dengan cara memegang sepasang obor . Ide ini dikenal dengan nama “Polybius Square’ dan juga diperkenalkan dengan kriptografi dan steganografi. Konsep kriptografi pernah dipergunakan dengan hiragana jepang dan Jerman dalam Perang Dunia I .
Suku Indian dari Amerika Utara juga melakukan komunikasi dengan menggunakan Sinyal asap . Setiap suku mempunyai sistem sinyal beserta artinya masing - masing yang hanya bisa dimengerti dalam lingkup terbatas . Pengirim sinyal memulai dengan api unggun , biasanya api unggun tersebut dibuat dengan menggunakan rumput kering yang dibakar dan selanjutnya akan menyebabkan kumpulan - kumpulan asap yang bergerak naik ke atas . Rumput - rumput tersebut di ambil pada saat kondisinya kering dan ikatan - ikatan rumput lain yang juga kering akan dibakar kemudian ke dalam api agar api menyala terus menerus sesuai keinginan penggunanya . Lokasi dari asap dan bentuk kecondongan membumbungnya asap ( posisi membentuk semacam kerucut ) tersebut mempunyai arti tertentu . Jika pengirim pesan membentuk suatu kumpulan asap yang bentuknya makin mengecil dari arah bawah ke atas ( ujung kerucut di atas ), ini menandakan bahwa semuanya dalam keadaan baik - baik saja . Tapi apabila sang pengirim pesan membentuk dari asap yang dihasilkannya makin mengecil dari arah atas ke bawah ( ujung kerucut di bawah ) , maka hal itu berarti menandakan adanya bahaya yang mengintai .
Sinyal asap masih digunakan hingga saat ini untuk memenuhi berbagai kepentingan . Di Roma , asrama Kardinal (tempat para kardinal terpilih dari berbagai negara di seluruh dunia dikarantina hingga akhirnya terpilih Paus baru) menggunakan sinyal asap untuk mengindikasikan terpilihnya Paus baru . Kardinal - kardinal yang memenuhi syarat mengadakan surat suara rahasia sampai seseorang menerima suara minimal dua per tiga plus satu dari jumlah seluruh kardinal yang memiliki hak suara . Surat suara akan dibakar setiap habis pemilihan , tiap hasil gagal atau berhasil terpilihnya Paus baru berarti bahan kimia berbeda yang dimasukkan ke dalam pembakaran agar menghasilkan warna asap yang berbeda . Di luar gereja katedral , umat Katolik menanti timbulnya asap putih dari cerobong asap , karena asap dengan warna hitam mengindikasikan pemilihan yang gagal dan asap dengan warna putih mengindikasikan bahwa Paus baru telah terpilih dan hal itu berarti umat katolik telah memiliki pemimpin agama yang baru .
Secara umum Sinyal asap digunakan untuk mengirimkan berita , sinyal bahaya , sebagai tanda darurat atau mengumpulkan orang banyak ke suatu area .
Contoh - contoh:
Yámana
Orang Yámana menggunakan api untuk mengirim pesan dengan menggunakan Sinyal asap , sebagai contoh jika di daerah mereka ada ikan paus yang terdampar di pantai , maka ikan paus itu akan dijadikan bahan konsumsi oleh mereka . Daging ikan paus dalam jumlah besar tersebut membutuhkan pemberitahuan kepada banyak orang, maka daging paus tersebut tidak akan busuk sia - sia karena orang- orang akan tahu akan adanya ikan paus yang terdampar dan beramai –ramai dan langsung mengonsumsi bagian- bagian tubuh ikan paus tersebut untuk kebutuhan mereka masing - masing . Mereka juga menggunakan Sinyal asap untuk kesempatan berbeda , jadi memungkinkan Magellan melihat api tapi dia bisa jadi melihat asap atau cahaya dari fenomena alam .
Noon gun
Sinyal waktu Noon gun pernah digunakan untuk mengatur kronometer milik Angkata laut dalam Table Bay mereka .
Suku aborigin Australia
Suku Aborigin Australia akan mengirim Sinyal asap untuk memberitahu yang penghuni kawasan lainnya tentang kehadiran mereka , biasanya sinyal ini digunakan pada saat mereka memasuki wilayah yang bukan milik mereka .
Tim SAR (Search and Resceu)
Jika korban dari speedboat terbalik dan dalam kondisi kritis sempat melempar Sinyal asap yang tersedia di speedboat , maka akan muncul Sinyal asap yang berwarna jingga . Dari Sinyal asap tersebut , tim search and rescue ( SAR ) akan mengetahui adanya korban tenggelam dan segera bergerak melakukan tindakan penyelamatan . Misalnya seperti yang dilakukan tim Search and Rescue ( SAR ) dinas perhubungan dan lalu lintas angkutan jalan ( LLAJ ) propinsi Jawa timur , Indonesia , untuk berjaga - jaga di kawasan wisata Sarangan yang berbasis perairan dan sangat rawan terjadi kecelakaan .
Mengarahkan antena
Sinyal asap dapat membantu kesuksesan dalam proses mengarahkan antena pada sambungan jarak jauh ke arah yang benar . Teknisi dapat membuat tanda darurat untuk menyiasati kondisi lapangan yang membuat sulit untuk memperkirakan posisi ujung sambungan antena yang lainnya . Bagaimanapun , Sinyal asap merupakan sinyal yang kompleks . Media isyarat api ini hanya bisa digunakan dalam kondisi cerah dan tidak hujan .Yang bisa mengartikan hanyalah orang- orang yang berada pada kelompok pengguna isyarat tersebut dan hanya efektif digunakan untuk mengirim pesan - pesan singkat .
Catatan kaki
1. ^ Gusinde 1966:137–139, 186
2. ^ Itsz 1979:109
3. ^ The Patagonian Canoe. Extracts from the following book. E. Lucas Bridges: Uttermost Part of the Earth. Indians of Tierra del Fuego. 1949, reprinted by Dover Publications, Inc (New York, 1988).
4. ^ Myers, 1986: 100
Sumber:
WIKIPEDIA & GOOGLE
K.T. Satake, 1935, Camera-Beelden van Sumatra, Java, & Bali, Middlesbrough: Hood & Co. Ltd.
Gusinde, Martin (1966) (in German). Nordwind—Südwind. Mythen und Märchen der Feuerlandindianer. Kassel: E. Röth.
Itsz, Rudolf (1979). "A kihunyt tüzek földje" (in Hungarian). Napköve. Néprajzi elbeszélések. Budapest: Móra Könyvkiadó. pp. 93–112.
Translation of the original: Итс, Р.Ф. (1974) (in Russian). Камень солнца. Ленинград: Издательство «Детская Литература». Title means: “Stone of sun”; chapter means: “The land of burnt-out fires”.
Myers, Fred (1986). Pintupi Country, Pintupi Self. USA: Smithsonian Institution.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar